Rabu, 29 April 2009

IDENTIFIKASI CIRI-CIRI PEDESAAN/PERKOTAAN

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Geografi sebagai ilmu pengetahuan memberikan gambaran mengenai fenomena yang terjadi di permuukaan bumi baik fenomena fisik maupun fenomena sosial. Secara umum fenomena ini disebut sebagai fenomena geosfer yaitu perwujudan peristiwa atau gejala yang terjadi karena keberadaan sesuatu dalam ruang dipermukaan bumi yang bila ditinjau dari aspek – aspek keruangan(letak, luas, bentuk dan batasnya dalam ruang) atau secara keruangan, memiliki pola – pola tersendiri yang dapat dibedakan dari tempat atau ruang yang satu ke yang lain(lucianus sudaryono, 2007). Untuk itu sebagai ahli geografi dalam melihat setiap masalah yang dikaji berdasarkan konsep fenomena geosfer. Fenomena geosfer tidak mungkin berdiri sendiri pasti dipengaruhi unsur – unsur lainya misalnya terjadinya banjir disuatu tempat pasti dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya seperti kemiringan lereng, jenis tanah, jenis penggunaan lahan, banyaknya curah hujan, dan panjang lereng. Dalam mengkaji wilayah ahli geografi menggunakan tiga analisis yaitu analisis keruangan, analisis keekologian, dan analisis kewilayahan. Analisis keruangan menjelaskan keberadaan suatu objek kajian dalam ruangn yang memiliki pola tersendiri dari tempat atau ruangan lain. Analisis ekologi mejelaskan tentang hubungan atau interaksi antara unsur – unsur yang ada disuatu tempat. Sedangkan analisis kewilayahan memadukan analisis keruangan dan analasis ekologi dalam mengkaji wilayah sehingga pada akhirnya dapat dilakukan prediksi dan pengendalaian terhadap lingkungan.

Keberadaan kota dan desa merupakan hal yang penting bagi ahli geografi. Perbedaan yang mendasar antara desa dan kota menyebabkan pengetahuan tentang arti dan ciri – ciri keduanya menjadi penting. Hal ini menyebabkan pengkajian wilayah tersebut apakah termasuk desa atau kota menjadi penting. Disamping itu penentuan wilayah termasuk kota atau desa akan berpengaruh terhadap arah pembangunan yang akan dilaksanakan disana sehingga potensi pada tempat tersebut dapat dimaksimalkan.

Tujuan

Untuk mengidentifikasi ciri – ciri desa, wilayah pinggiran kota, dan kota
Manfaat
Manfaat Teoritis
Hasil tulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan kepada masyarakat tentang wilayahnya.

Manfaat Praktis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Pemerintah daerah agar dalam melakukan pembangunan sesuai dengan tujuan dari tempat atau wilayah yang akan dilakukan pembangunan.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kota
Pengertian Kota Banyak para ahli yang menulis tentang pengertian kota. Menurut Prof. Drs. R. Bintarto Kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan penduduk yang tinggi, strata sosial ekonomi yang heterogen, dan corak kehidupan yang materialistik. Hofmeister seorang ahli geografi menjelaskan secara umum bahwa kota adalah suatu pemusatan keruangan dari tempat tinggal dan tempat kerja manusia yang kegiatannya umuum disektor sekunder dan tersier, dengan pembagian kerja kedalam dan arus lalu lintas yang beraneka antara bagian – bagiannya dan pusatnya, yang pertumbuhannnya sebagian besar disebabkan oleh tambahan kaum pendatang, dan mampu melayani kebutuhan barang dan jasa bagi wilayah yang jauh letaknya. Max Weber mendefinisikan kota yaitu apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya dipasar lokal.

Awal terbentuknya kota adalahh sangat sederhana yaitu sekelompok manusia tinggal disuatu tempat yang tinggal menetap(pastoral). Hariyono(2007) membagi perkembangan kota menjadi beberapa tahap yaitu dimulai pada kota pra industri yang bersifat agraris sangat menonjol, kemudian berkembang menjadi kota industry dengan sistem ekonomi natural berubah menjadi capital, dikuti oleh kota post modern, pada kota inii teknologi sudah berkembang sangat pesat. Kebutuhan manusia sebagian besar dilayani oleh hasil teknologi. Kota global adalah kota yang penduduknya banyak melakukan aktifitas di negeri lain. dan tterakhir adlah kota cosmopolitan yang merupakan kota masa depan yang masih merupakan impian Menurut Hartshorn(1980) dalam Koestoer(2001) membagi kota menjadi tiga pola yaitu; a). Pola linier, kota – kota berjajar sepanjang jalur transportasi(suungai, kereta api, dan pantai). b).Pola kantong, merupakan kota – kota besar yang mengelompok. c). Pola hierarki, bebrapa kota dengan ukuran yang berbeda dalam satu wilayah terpola dengan teratur.

Ciri – ciri Kota
Kehidupan keagamaannya berkurang, kadangkala tidak terlalu dipikirkan karena memang kehidupan yang cenderung kearah keduniaan saja. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus berdantung pada orang lain (Individualisme). Pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota. Jalan kehidupan yang cepat dikota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi warga kota, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting, intuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu. Perubahan-perubahan tampak nyata dikota-kota, sebab kota-kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar.

Desa kota(urban fringe)

Desa kota(urban fringe) atau yang disebut sebagai daerah suburbia menurut kurtz dan Eicher(Daldjoeni, 1998) mengajukan lima definisi dari rural – urban fringe sebagai berikut:Kawasan dimana tata guina lahan rural dan urban saling bertemu dan mendesak di preferi kota, Rural urban fringe meliputi semua suburbia, kota satelet dan teritorium lain yang berlokasi langsung dilua kota dimana tenaga kerja terlibat di bidang non agraris, Suatu kawasan yang letaknya diluar perbatasan kota yang resmi, tetapi masih ada didalam jarak melaju(comuting distance), Kawasan diluar kota yang penduduknya berkiblat ke kota(urban oriented residents, Suatu kawasan pedesaaan yang terbuka, yang dihuni oleh t6orang – orang yang bekerja di kota., Suatu daerah imana bertemu mereka yang berpangupa jiwa di kota dan di desa. Whynne – Hammond (Daldjoeni, 1998) seorang geograf memberikan empat alasan tumbuhnya wilayah pinggiran kota sebagai berikut: pertama meninggkatnya pelayanan trasportasi kota yang memudahkan orang untuk bertempat tinggal jauh dari tempatnya bekerja. Kedua, bertambahnya jumlah penduduk suburban, ketiga, meningkatnya taraf kehidupan penduduk suburbia memungkinkan mendapatkan rumah yang lebih baik, entah jenis sewaan atau milik sendiri. Keempat, gerakan pendirian bangunan pada masyarakat yang dibantu pemerintah lewat kredit bank yang ditunjuk, malancarkan pemilikan rumah di luar kota.

Desa
Pengertian desa
Dalam arti umum desa dapat diartikan sebagai pemukiman manusia yang terletak diluar kota dan penenduduknya bermatapencahariansebagai petani. Bintarto(1977)dalam Daldjoeni(1998) mendifinisikan desa secara geografi yaitu perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur – unsur geografis, sosial, ekonomi, politis dan cultural yang ada dalam hubungannya dari pengaruh timbale balik dengan daerah – derah lainnya. Ada juga yang mendifinisikan desa sebagai pemukiman yaitu suatu tempat dimana penduduk tinggal bersama untuk bertahan hidup dan melanjutkan keturunan. Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan pengertian desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ciri – ciri desa

Banyak sekali buku dan referensi yang mengkaji tentang ciri – ciri desa. Latar belakang kondisi geografis suatu desa berpengaruh terhadap ciri – ciri desa Daldjoeni(1998) menguraikan ciri – ciri desa sebagai berikut. Desa dan masyarakatnya mempunyai hubungan yang erat dengan alam sekitarnya. Iklim berpengaruh besar terhadap kehidupan mereka. Penduduk desa merupakan unit kerja yang jumlahnya relatif kecil dan struktur ekonomi umumnya agraris.

Masyarakat desa mewujudkan suatu paguyuban atau menurut sosiologi disebut suatu Gameinschaft dimana ikatan kekeluargaan sangat erat. Dalam makalah yang ditulis oleh Pusat Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Kristen Petra dalam www.google.co.id/desa disebutkan beberapa ciri masyarakat pedesan. Diantaranya adalah: Sederhana, sebagian besar masyarakat desa hidup dalam kesederhanaan. Kesederhanaan ini terjadi karena dua hal yaitu; secara ekonomi memang tidak mampu dan secara budaya memang tidak senang menyombongkan diri. Menjunjung tinggi “unggah-ungguh”, Sebagai “orang Timur”, orang desa sangat menjunjung tinggi kesopanan atau “unggah-ungguh” apabila, bertemu dengan tetangga, berhadapan dengan pejabat, berhadapan dengan orang yang lebih tua/dituakan, berhadapan dengan orang yang lebih mampu secara ekonomi, dan berhadapan dengan orang yang tinggi tingkat pendidikannya\ Guyub, kekeluargaan. Sudah menjadi karakteristik khas bagi masyarakat desa bahwa suasana kekeluargaan dan persaudaraan telah “mendarah-daging” dalam hati sanubari mereka. “Berbicara apa adanya”, itulah ciri khas lain yang dimiliki masyarakat desa. Mereka tidak peduli apakah ucapannya menyakitkan atau tidak bagi orang lain karena memang mereka tidak berencana untuk menyakiti orang lain. Kejujuran, itulah yang mereka miliki.
Menghargai (“ngajeni”) orang lain. Masyarakat desa benar-benar memperhitungkan kebaikan orang lain yang pernah diterimanya sebagai “patokan” untuk membalas budi sebesar-besarnya. Balas budi ini tidak selalu dalam wujud material tetapi juga dalam bentuk penghargaan sosial atau dalam bahasa Jawa biasa disebut dengan “ngajeni”.

Suka gotong-royong. Salah satu ciri khas masyarakat desa yang dimiliki dihampir seluruh kawasan Indonesia adalah gotong-royong atau kalau dalam masyarakat Jawa lebih dikenal dengan istilah “sambatan”. Uniknya, tanpa harus dimintai pertolongan, serta merta mereka akan “nyengkuyung” atau bahu-membahu meringankan beban tetangganya yang sedang punya “gawe” atau hajatan. Mereka tidak memperhitungkan kerugian materiil yang dikeluarkan untuk membantu orang lain. Prinsip mereka: “rugi sathak, bathi sanak”. Yang kurang lebih artinya: lebih baik kehilangan materi tetapi mendapat keuntungan bertambah saudara.\
Religius. Masyarakat pedesaan dikenal sangat religius. Artinya, dalam keseharian mereka taat menjalankan ibadah agamanya. Secara kolektif, mereka juga mengaktualisasi diri ke dalam kegiatan budaya yang bernuansa keagamaan. Misalnya: tahlilan, rajaban, Jumat Kliwonan, dll.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
No Deskripsi Fenomena Keterangan 16 persawahan sawah Kedesaan 17 persawahan Sawah Jalan Desa Jalan Dusun Kedesaan 18 persawahan sawah Kedesaan 25 Persawahan Sawah Jalan Dusun Kedesaan 26 persawahan Sawah Kedesaan 27 Permukiman Jalan dusun Jalan desa Rumah penduduk Kekotaan 28 persawahan Sawah Rumah Penduduk Kedesaan 35 Persawahan Sawah Rumah Penduduk Kedesaan 36 Persawahan Sawah Rumah Penduduk Jalan dusun Kedesaan 37 Persawahan Sawah Kedesaan 38 Persawahan Sawah Kedesaan 39 Persawahan Sawah Kedesaan 40 Persawahan Sawah Kedesaan 43 Pemukiman Rumah Penduduk Jalan Dusun Kekotaan 45 Persawahan Sawah Kedesaan 46 Persawahan Sawah Jalan Dusun Kedesaan 47 Persawahan Sawah Kedesaan 48 Persawahan Sawah Jalan Desa Kedesaan 49 Persawahan Sawah Kedesaan 53 Persawahan Sawah 54 Permukiman Rumah penduduk Sawah Kekotaan 55 Persawahan Jalan dusun Sawah Kedesaan 63 Persawahan Sawah Kedesaan 64 Persawahan Sawah Kedesaan 65 Persawahan Sawah Jalan Dusun Kedesaan 66 Persawahan Sawah Jalan Dusun Jalan Desa Kedesaan 72 Persawahan Sawah Jalan Dusun Kedesaan 73 Persawahan Sawah Jalan Dusun Kedesaan 74 Persawahan Sawah Kedesaan 75 Persawahan Sawah Kedesaan 76 Persawahan Sawah Kedesaan Analisis Grid Peta Desa Sukorame Dengan melihat tabel diatas maka dapat diketahui: = 3 dan = 100 Kemudian dilakukan perhitungan untuk mengetahui desa sukorame termasuk kota, desa kota, atau kota sebagai berikut: MGr = 3 % menunjukkkan bahwa desa sukorame termasuk DESA sesuai dengan klasifikasi Russwerm yaitu <> Data Monogarafi Desa Sukorame Kecamatan Sukorame Kabupaten Lamongan bulan februari tahun 2009 terlampir.
Pembahasan
Data Monografi menunjukkan bahwa Desa Sukorame adalah desa yang terletak di Kabupaten Lamongan yang mempunyai batas – batas sebagai berikut; Sebelah utara berbatasan dengan Desa Banjar gondang, Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kedung kumpul, Sebelah barat berbatasan dengan desa Mragel, dan Sebelah Timur berbatasan dengan desa Sewor dan mempunyai luas desa/ kelurahan seluas 616,574 Ha.
Perhitungan dengan metode klasifikasi Russwerm menunjukkan bahwa desa sukorame termasuk dalam kelompok desa yaitu sebanyak 3(tiga) persen dengan sebagian besar penggunaan lahan adalah sawah, hal ini didukung dengan data monongrafi yaitu sebanyak 5.708.729 Ha adalah sawah dan ladang.
Sebagian besar penduduk bermata pencaharian di sektor agraris yaitu sebanyak 4240 orang bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini sesuai ciri – ciri desa yang diungkapkan oleh Daldjoeni(1998) yaitu Penduduk desa merupakan unit kerja yang jumlahnya relatif kecil dan struktur ekonomi umumnya agraris. Hal senada juga yaitu penduduk desa sukorame mengolah tanahnya sesuai dengan musim yang ada di Indonesia yaitu pada musim penghujan mereka menanam padi dan sedangkan pada musim kemarau mereka menanam jagung atau tembakau sehingga sesuai dengan Ciri pertama yang di ungkapkan oleh Daldjoeni yaitu desa dan masyarakatnya mempunyai hubungan yang erat dengan alam sekitarnya. Iklim berpengaruh besar terhadap kehidupan mereka.

Selain yang diungkapkan diatas masyarakat Desa Sukorame memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi hal ini dapat terlihat dari kehidupan sehari – hari mereka yang saling membantu daalam segala hal. Misalnya dalam memanen padi,. Mereka tidak menggunakan sistem bayaran tetapi mereka mengunakan sistem gantian yaitu bergantian dalam membantu memanen padi dari satu orang ke orang lainnya atau bisa disebut. Disamping itu rasa gotong – royong yang tinggi juga menjadi ciri kehidupan sehari – hari mereka. Seperti dalam membangun rumah atau jalan, mereka tidak harus dibayar untuk melaksanakan semua itu, mereka hanya perlu disuruh dan diberi makan sesuai dengan kebutuhan maka mereka akan melaksanakan dengan seungguh – sungguh. Ciri kekeluargaan dan gotong – royong yang tinggi sesuai dengan yang di ungkapkan dalam makalah yang ditulis Pusat Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Kristen Petra.

BAB IV

PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan perhitungan klasifikasi Russwerm diperoleh hasil bahwa Desa Sukorame termasuk dalam kelompok desa yaitu sebanyak 3 %. Selain itu berbagai ciri – ciri yang menunjukkan bahwa Desa Sukorame adalah Desa juga telah diungkapkan dengan jelas pada pembahasan seperti struktur ekonomi umumnya agraris, iklim berpengaruh besar terhadap kehidupan mereka, kekeluargaan dan gotong – royong yang tinggi. Sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa Desa Sukorame Kecamatan Sukorame Kabupaten Lamongan termasuk wilayah desa.

Saran

Analisis menunjukkan bahwa Desa Sukorame Kecamatan Sukorame Kabupaten Lamongan adalah desa sehingga disarankan agar pembangunan desa sukorame lebih dimaksimalkan sesuai dengan tujuan pembangunan desa.


Daftar Pustaka
Daldjoeni. 1998. Geogrfi desa kota. Bandung: PT Alumni. Hariyono, P. 2007. Sosiologi Kota Untuk Arsitek. Jakarta: PT Bumi Aksara. Koestoer, dkk. 2001. Dimensi Keruangan Kota. Jakarta: UI press. Makalah Pusat Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Kristen Petra Dalam www.Google.co.id/desa diakses tanggal 11 april 2009 jam 14.05.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar