Selasa, 18 Oktober 2011

lap akhir

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu indikator penting dalam menentukan kualitas suatu negara adalah dengan melihat kualitas sumber daya manusia negara tersebut. Semakin rendahnya kualitas sumberdaya manusia atau dalam hal ini adalah penduduk maka semakin rendah pula kualitas suatu negara tersebut dan begitupun sebaliknya. Kekayaan sumber daya alam yang melimpah tidak akan berarti apabila tidak diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia yang baik.
Salah satu parameter yang dapat digunakan dalam menentukan kualitas sumber daya manusia adalah dari aspek kesehatan masyarakat. Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2003:146), Demikian pula pada pemecahan masalah kesehatan itu sendiri, banyak faktor yang mempengaruhinya.
Pada dasarnya kesehatan menyangkut dari semua segi kehidupan, baik dimasa lalu, sekarang maupun masa yang akan datang. Upaya kesehatan yang semula hanya berupaya penyembuhan penderita secara berangsur-angsur berkembang menjadi suatu kesatuan upaya kesehatan untuk seluruh masyarakat. Dengan peran masyarakat yang mencakup upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitas), yang bersifat menyeluruh, artinya saling terkait antara upaya satu dengan yang lainnya, sehingga tercapai hidup sehat. Menurut teori Blum, 1990 (dalam Aprianita, 2009:), kesehatan dipengaruhi empat faktor yaitu lingkungan, perilaku, palayanan kesehatan dan genetika. Lingkungan menempati urutan pertama sehingga usaha pengendalian terhadap lingkungan untuk pencegahan penyakit sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pada tingkat mikro yaitu pada tingkat individual dan keluarga, kesehatan adalah dasar bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk belajar di sekolah. Tenaga kerja yang sehat secara fisik dan mental akan lebih enerjik dan kuat, lebih produktif, dan mendapatkan penghasilan yang tinggi. Pada tingkat makro, penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik merupakan masukan (input) penting untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan ekonomi jangka panjang. Beberapa pengalaman sejarah besar membuktikan berhasilnya tinggal landas ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi yang cepat didukung oleh terobosan penting di bidang kesehatan masyarakat, pemberantasan penyakit dan peningkatan gizi.
Salah satu indikator penting dalam penentuan kualitas kesehatan masyarakat adalah dengan melihat tingkat kesehatan balita. Baik itu tingkat kematian kualitas gizi maupun kesehatan balita itu sendiri. Rendahnya kualitas kesehatan balita menjadi indikator kesejahteraan masyarakat terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan kesehatan balita tersebut. Semakin tingginya tingkat kematian balita dan rendahnya kualitas kesehatan balita, menunjukkan semakin rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan kesehatan balita.
Pneumonia merupakan penyakit saluran nafas bagian bawah, merupakan penyebab kematian utama pada bayi usia di bawah lima tahun (Balita), khususnya di negara-negara berkembang. Menurut Mardjanis (dalam Misnadiarly, 2008 :28), Pneumonia adalah penyakit infeksi akut paru yang disebabkan terutama oleh bakteri merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang paling sering menyebabkan kematian pada bayi dan anak balita. Di seluruh dunia setiap tahun terjadi lebih 2 juta kematian balita karena Pneumonia (kapanlagi.com.2008).
Di Indonesia, Pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis. Menurut Direktur Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Prof dr Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K) (dalam Tempo interaktif 2010, mortalitas Pneumonia pada 2005 mencapai 23,6 persen. Diperkirakan sebanyak 860.000 balita meninggal setiap tahunnya atau sekitar 98 anak setiap jam. Dari laporan subdit ispa ditjen p2m-pl depkes RI tahun 2007 (dalam kapanlagi.com 2008), dari 31 provinsi ditemukan 477.429 anak balita dengan Pneumonia atau 21,52 % dari jumlah seluruh balita di indonesia. proporsinya 35,02 % pada usia di bawah satu tahun dan 64,97 % pada usia satu hingga empat tahun.
Salah satu daerah yang memiliki kejadian Pneumonia basar di Indonesia adalah kabupaten Gresik. Kabupaten Gresik merupakan salah satu wilayah di Jawa timur yang menjadi wilayah perkembangan kota Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia. Penyakit Pneumonia merupakan salah satu penyakit utama yang masuk dalam 10 daftar penyakit utama pada balita di kabupatan Gresik. Untuk melihat jelas gambaran penyakit Pneumonia di kaupaten Gresik dapat dilihat pada table 1.1 dibawh ini.

TABEL 1.1. PENYAKIT PADA BALITA DI KABUPATEN GRESIK
NO NAMA PENYAKIT JUMLAH
1 Infeksi akut lain pada saluran pernafasan atas 25735
2 Diare 8093
3 Penyakit lain pada saluran pernafasa atas 5933
4 Pneumonia 5025
5 Penyakit kulit alergi/dermatitis/eksim 4214
6 Typus 2232
7 Tonsilitis 2093
8 Acne vulgaris, piodermi,ulkus tropika 1013
9 Bronkitis 890
10 Disentri, amubaisis 818
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik Januari - oktober Tahun 2010

Dari table diatas diketahui bahwa penyakit peneumonia pada balita di kabupaten Gresik dari Januari-Oktober tahun 2010 menempati urutan ke empat penyakit tertinggi pada balita. Ini membuktikan bahwa penyakit ini merupakan salah satu penyakit utama pada balita di kabupaten Gresik.
Penyakit Pneumonia di kabupaten Gresik tersebar di seluruh wilayah kabupaten baik di pusat kota maupun di perdesaan. Dari keseluruhan penyakit Pneumonia yang terjadi di Kabupaten Gresik, Kecamatan Gresik merupakan kecamatan dengan kecenderungan terjadinya penyakit Pneumonia yang paling tinggi. Seperti yang terlihat pada table kecenderungan penyakit Pneumonia di bawah ini :
Tabel 1.2. Kecenderungan Penyakit Pneumonia di Kabupaten Gresik
Kecamatan 2008 2009 10-Oct
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Wringinanom 41 1.81 64 1.20 137 2.73
Driyorejo 23 1.01 277 5.18 539 10.73
Kedamean 39 1.72 49 0.92 30 0.60
Meganti 110 4.85 52 0.97 49 0.98
Cerme 219 9.65 403 7.53 478 9.51
Benjeng 269 11.85 435 8.13 553 11.00
Balongpanggang 31 1.37 403 7.53 351 6.99
Duduk Sampean 15 0.66 92 1.72 25 0.50
Kebumas 248 10.93 251 4.69 149 2.97
Gresik 909 40.04 1848 34.55 1464 29.13
Manyar 0 0.00 498 9.31 278 5.53
Bungah 0 0.00 214 4.00 209 4.16
Sedayu 16 0.70 30 0.56 0 0.00
Dukun 219 9.65 329 6.15 486 9.67
Panceng 23 1.01 0 0.00 0 0.00
Ujung Pangkah 83 3.66 384 7.18 247 4.92
Sangkapura 25 1.10 19 0.36 6 0.12
Tambak 0 0.00 1 0.02 24 0.48
2270 100.00 5349 100.00 5025 100.00
Sumber : Dinas kesehatan Kabupaten Gresik tahun 2010
Dari tabel diatas diketahui bahwa selama tiga tahun terakhir terjadi kenaikan kejadian penyakit Pneumonia pada balita di kabupaten Gresik, Sedangkan kecenderungan penyakit Pneumonia terbanyak berada di kecamatan Gresik. Dan dari seluruh kejadian Pneumonia di kabupaten Gresik hampir 29,13% berada di kecamatan Gresik.
Berdasarkan dari data yang diperoleh dari puskesmas di kecamatan Gresik diketahui bahwa desa Tlogopojok yang pada dasarnya dekat dengan kawasan Industri, prevalensi kejadian penyakit pneumonia lebih kecil (12.48%) dibandingkan desa yang relatif lebih jauh dari kawasan industri seperti desa Pekauman yang memiliki prevalensi kejadian penyakit sebesar 19% dari jumlah penderita balita. Seperti yang terlihat pada table berikut :
Tabel Data penderita Pneumonia balita di kecamatan gresik
PUSKESMAS DESA JUMLAH BALITA PENDERITA PNEUMONIA PROSENTASE
ALON-ALON KRAMAT INGGIL * 216 44 20.37
SIDO RUKUN ** 353 22 6.23
PULO PANCIKAN *** 532 115 21.62
GAPURO ** 234 26 11.11
TLOGOBENDUNG ** 244 47 19.26
PEKAUMAN ** 169 33 19.53
BEDILAN *** 379 50 13.19
PEKELINGAN ** 207 41 19.81
KEBONGSON *** 197 59 29.95
KEMUTERAN ** 191 21 10.99
KROMAN ** 343 58 16.91
INDUSTRI SIDO KUMPUL * 1028 70 6.81
SUKORAME * 583 62 10.63
TLOGO PATUT * 353 26 7.37
NGIPIK * 172 17 9.88
TRATE * 267 17 6.37
KARANG POH * 419 2 0.48
NELAYAN TLOGO POJOK * 617 77 12.48
SUKODONO * 166 4 2.41
LUMPUR * 487 21 4.31
K. TURI * 527 19 3.61
Keterangan : * Kawasan Industri
** Bukan Kawasan Industri
*** Kawasan Pelabuhan
Sumber : Puskesmas Nelayan, Industri, dan Alun-alun 2010
Kelurahan Tlogopojok merupakan daerah kawasan Industri PT Petrokima Gresik. Pada daerah tersebut merupakan daerah tempat berdirinya pabrik Petrokimia yang berproduksi selama 24 jam. Secara teoritis daerah yang dekat kawasan industri prosentase penyebab penyakit pneumonia semakin besar, namun berbeda dengan Kelurahan Tlogopojok yang prosentase penyakit pneumonia yang relative kecil. Penyakit pneumonia merupakan penyakit saluran pernafasan akut yang salah satu penyebabnya adalah debu dan asap yang bersal dari industri. Sedamgkan Kelurahan Pekaumaan merupakan daerah bukan kawasan industri PT Petrokimia Gresik. Secara teoritis apabila daerah tersebut jauh dari kawasan industri atau bukan kawasan industri maka prosentase terjadinya penyakit pneumonia akan semakin kecil. Namun dari data diatas menunjukka bahwa prosentase penyakit pneumonia relative besar.
Dari latar belakang diatas, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pola Persebaran Penyakit Pneumonia Pada Balita Di Kawasan Industri Dan Bukan Kawasan Industri Kecamatan Gresik Kabupaten Gresik”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pola persebaran penyakit Pneumonia di kawasan Industri kecamatan gresik kabupaten Gresik?
2. Bagaimana pola persebaran penyakit Pneumonia di kawasan Industri bukan kecamatan gresik kabupaten Gresik?
3. Dimana letak pusat persebaran penyakit Pneumonia di kawasan Industri Kecamatan Gresik kabupaten Gresik?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui Pola persebaran penyakit Pneumonia di kawasan Industri kecamatan Gresik kabupaten Gresik.
2. Mengetahui Pola persebaran penyakit Pneumonia di kawasan Industri bukan kecamatan Gresik kabupaten Gresik.
3. Mengetahui letak pusat persebaran penyakit Pneumonia di kawasan Industri kecamatan Gresik kabupaten Gresik.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat digunakan sebagai dasar penelitian sejenis yang lebih detail dan dapat memberikan masukan bagi ilmu pengetahuan hubungannya dengan kejadian Pneumonia pada balita

2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini akan memberikan gambaran mengenai pola kejadian penyakit pneumonia di kawasan industri dan bukan kawasan industri kaitannya dengan kejadian Pneumonia di kecamatan Gresik sehingga akan berguna bagi pemegang kebijakan dalam hal ini dinas terkait dalam mengangni penyakit Pneumonia pada balita di kabupaten Gresik pada umumnya dan kecamatan Gresik pada khususnya.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi Pneumonia
Pneumonia merupakan masalah kesehatan dunia karena angka kematian tinggi. Kematian akibat Pneumonia ini tidak saja ada di Negara berkembang tetapi juga di Negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Negara-negara Eropa.
Pneumonia ialah istilah yang dipakai untuk peradangan jaringan paru-paru. Gejala berupa menggigil, demama, sakit kepala dan batuk yang mengeluarkan riak, dan sesak nafas. Pada anak sering disertai muntah-muntah. Terjadinya pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut bronchoPneumonia). Menurut Behraman (1996:883) Pneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan kebanyakan kasus disebabkan oleh mikro tetapi ada sejumlah penyebab non infeksi yang kadang-kadang perlu dipertimbangkan. Pemyebab non infeksi ini meliputi, tetapi tidak terbatas pada aspirasi makana dan asam lambung, benda asing, hidrokarbon, dan bahan lipoid; reaksi hipersensitivitas dan pneumonitis akibat obat atau radiasi.
Sedangkan menurut Misnadiaryl, 2008 : 11, Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-kantung kemampuan menyerap oksigen menjadi kurnag. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bias bekerja. Karena inilah, selain penyebaran infeksi keseluruh tubuh, penderita juga bias meninggal.
Sedangkan menurut Hood Alsagaff dan Abdul Mukty (1995, 122) Pneumonia adalah keradangan perekim paru dimana asinus terisi dengan cairan dan sel dinding, dengan / atau tanpa disertai infeksi sel radang dalam dinding alveoli dan rongga interstisium.



B. Diagnosis dan Penyebab Pneumonia
Diagnosis Pneumonia pada balita didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernafas dan disertai adanya peningkatan frekuensi nafas sesuai umur. Nafas cepat ditentukan dengan cara menghitung frekuensi pernafasan. Sedangkan diagnosis Pneumonia berat didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai nafas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam pada umur 2 bulan - < 5 tahun, pada kelompok umur <2 bulan, ditandai dengan adanya nafas cepat yaitu frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih atau adanya penarikan yang kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam. Batas napas cepat batas nafas cepat untuk anak usia 2-12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk anak usia 1-4 tahun adalah 40 kali permanen atau lebih (Ditjen PPM dan PLP Depkes RI, 1993 dalam Nurjanah 2003).
Penyebab Pneumonia adalah kuman Pneumococcus, Stafilococcus, Streptococcus atau virus, selain itu minyak tanah atau bensin yang tertelan dapat pula menyebabkan terjadinya Pneuomonia (Oswari, 1995 :203). Di Negara berkembang, Pneumonia lebih sering disebabkan oleh vakteri Streptococcus Pneumonia dan Hemophylus influenza. Sedangkan di Negara maju, pnemunia pada anak sering disebabkan oleh virus Bahan kimia seperti asoirasi bahan makanan atau susu dan keracunan hidrokarbon.
Hood Alsagaff dan Abdul Mukty (1995:122) menggolongkan penyebab Pneumonia menjadi dua yaitu Pneumonia yang disebabkan karena infeksi dan Pneumonia yang dsebabkan karena bahan-bahan lain.
1. Pneumonia Lipid:
Pneumonia yang disebabkan aspirasi minyak mineral
2. Pneumonia Kimiawi (Chemical Pneumonitis):
Inhalasi bahan-bahan organic dan anorganik atau uap kimia seperti berilium.
3. Extrinsic allergic alveolitis:
Inhalasi bahan debu yang mengandung allergen yang terdapat pada ampas tebu di pabrik gula.
4. Pneumonia karena obat:
Nitrofurantoin, busulfan, metotreksat.
5. Pneumonia karena radiasi

6. Pneumonia dengan penyebab tidak jelas:
Desquamative interstitial Pneumonia, easinofilic Pneumonia.

Untuk Pneumonia yang disebabkan oleh infeksi dapat dilihat pada table berikut ini:
Tabel : 2.1
Kelompok Mikroorganisme Penyebab Pneumonia
Group Penyebab Tipe Pneumonia
Bakteri - Streptokokus Pneuminia
- Streptokokus piogenes
- Stafilokokus aereus
- Klebsiela Pneumonia
- Esrikia koli
- Yersinia koli
- “Legionnaires” bacillus Pneumonia bacterial





Legionnaires desiase
Aktinomosetes - A. Israeli
- Nokardia asteroides Aktinomikosis pulmonal
Nokardiosis pulmonal
Fungi - Kokidiodes imitis
- Hiptoplasma kapsulatum
- Blastomises dermatitidis
- Aspergilus
- Fikomisetes Kokidioidomikokis
Hisplasmosis
Blastomikosis
Aspergilosis
Mukormikosis

Riketsia Koksiela Burnetti Q fever
Klamidia Klamidia psittaci Psitakosis
Ornitosis
Mikoplasma Mikoplasma Pneumonia Pneumonia mikoplasma
Virus Influenza Virus
Respiratory syncytial Adenovirus Pneumonia Viral
Protozoa Pneumosistis Karinii Pneumonia pnemosistis (Pneumonia plasma sel)



C. Jenis-jenis Pneumonia
a. Pneumonia Pneumokok
Pneumonia pnuumokok merupakan suatu infeksi paru akut yang dapat menyebabkan Pneumonia lobaris atau bronkoPneumonia. Timbulnya beberapa hari setelah penderita mengalami infeksi saluran pernapasan bagian bawah. Penderita-penderita dengan hipogamaglobulinemia peka pterhadap infeksi ini, begitu juga dengan peminum alkohol.
Gejala yang diderit adalah penderita merasa badannya panas dingin disertai menggigil dan disusul dengan peningkatan panas badan 400C. selain itu juga penderita mengalami panas badan meninggi pada pagi dan sore hari. Selain itu 75% penderita mengalami batuk-batuk yang disertai dahak berwarna merah coklat. Kadang-kadang batuk juga disertai dengan darah. Kemudian terasa nyeri pada dada dan pluritik dirasakan waktu menarik nafas.

b. Pneumonia Streptokok
Kuman Pneumonia ini disebabkan oleh Pneumonia sterptokokus beta hemolitik group A. Kejadian Pneumonia yang disebabkan oleh Streptokokus dan penyulit bakteriemia yang timbul karena Pneumonia streptokok menurun setelah pemakaian penisilin. sering dijijumpai kematian pada jenis Pneumonia ini. Dan umumnya mengenai kelompok umur tertentu yaitu orang muda, usia lajut dan pada kelompok anak debil.
Pneumonia streptokokok timbul secara mendadak, disertai menggigil, panas badan meningkat dan batuk yang banyak mengeluarkan dahak. Pada penderita Pneumonia streptokok sering dijumpai batuk darah serta nyeri dada.

c. Pneumonia Stafilokok
Penyebab utama Pneumonia jenis ini adalah Strafilokok aereus. Pneumonia jenis ini biasanya menyerang pada bayi dan anak-anak di bawah umur dua tahun, penderita yang pernah mengalami operasi sebelumnya dan sering terjadi infeksi pada kulit oleh karena stafilokok, penderita dengan penyakit paru kronis seperti tuberculosis, kanker, kritis fibrosis yang mengalami infeksi, serta pada penderita yang mengalami infeksi virus influenza.
Pada Pneumonia jenis ini dapat terjadi penyebaran sekunder (staphylococcus Pneumonia melalui aliran darah ke organ lain sehingga dapat terjadi endokarditis dan bakteriemia (prolonged stapphylococ bacteriemia). Infeksi Stafilokok aureus sering menyebabkan kerusakan jaringan dan absesi. Kerusakan jaringan atau destruksi parenkim paru merupakan keadaan rawan untuk terjadi pneumotoraks spontan, pio-pneumotoraks. Sedangkan kerusakan jaringan dan bases paru bila sembuh akan menimbulkan kista paru (pneumatocele).
Gejala yang timbul akibat Pneumonia stafilokok tidak mendadak, terutama pada penderita yang berada di luar rumah sakit, dan terjadi setelah penderita mengalami infeksi virus influenza. Panas badan terasa konstan, dirasakan naik turun dan timbul di luar serangan. Penderita merasakan nyeri pleuritik, menggigil batuk yang produktif dengan dahak yang purulen atau blood streak. Pada sebagian kecil penderita terdapat batuk darah. pada penderita rawat ina, infeksi sekunder oleh stafilokok biasanya timbul mendandak. Kemudian pada pemeriksaan fisik didapatkan penderita tampak sakit keras, takipne, takikardi.

d. Pneumonia Klabsiela Atau Friedlanders’s
Klebsiela Pneumonia merupakan 2% dari keseluruhan penderita Pneumonia bakteri yang dirawat di rumah sakit. Timbul mendadak dan disertai panas badan, batuk-batuk dan nyeri dada. Pada sebagian kecil penderita menunjukkan batuk produktif dengan riak yang kental, seperti gelatin dan berwarna merah. Kebanyakan penderita mengeluarkan riak kental, berwarna hijau, purulen dan kadang-kadang dengan darah atau dengan batuk darah profus. Secara fisik, penderita tampak sakit, disertai sesak berat, takipneu, sianosis dan hipotensi. Dsertai tanda-tanda dari konsolidasi.

D. Kawasan Industri
Istilah industri sering diidentikan dengan semua kegiatan ekonomi manusia yang mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Dalam pengertian yang lebih luas, industri dapat diartikan sebagai semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan bersifat komersial untuk memenuhi kebutuhan hidup (Mamat Ruhimat dan Mustar :29)
Industri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang mengolah barang mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi untuk dijadikan barang yang lebih tinggi kegunaannya. Secara umum definisi mengenai industri bermacam-macam namun pada dasarnya pengertiannya tidak berbeda satu sama lainnya, adapun definisi menurut Sukirno adalah perusahaan yang menjalankan kegiatan ekonomi yang tergolong dalam sektor sekunder. Kegiatan itu antara lain adalah pabrik tekstil, pabrik perakitan dan pabrik pembuatan rokok. Dari beberapa pengertian industri maka secara garis besar dapat disimpulkan bahwa industri adalah kumpulan dari beberapa perusahaan yang memproduksi barang-barang tertentu dan menempati areal tertentu dengan output produksi berupa barang atau jasa.
Terminologi Kawasan Industri (menurut BPPIP-Deperindag) sesuai dengan Keppres 53 tahun 1989, dan telah diperbaiki dengan Keppres 41 tahun 1996 tentang Kawasan Industri :
a. Pengertian Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri yang memiliki Ijin Usaha Kawasan Industri.
b. Terminologi Kawasan Industri di Indonesia sering disebut dengan istilah Industrial Estate sementara di beberapa negara digunakan istilah Industrial Park
c. Berdasarkan pengertian di atas, suatu areal industri dapat menggunakan istilah Industrial Estate atau Industrial Park, harus memenuhi 2 ciri utama, yaitu :
 Merupakan lahan yang disiapkan sudah dilengkapi prasarana dan sarana penunjang
 Dalam pengelolaannya, t terdapat suatu badan/manajemen pengelola (perusahaan) yang telah memiliki izin usaha sebagai Kawasan Industri
Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri. Kawasan industri atau sering pula disebut industrial estate adalah suatu kawasan atau tempat pemusatan kegiatan industri pengolahan yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana seperti lahan dan lokasi yang strategis serta fasilitas penunjang lainnya, seperti listrik, air, telepon, jalan, tempat pembuangan limbah, yang telah disediakan oleh perusahaan pengelola kawasan industri. Semula, perusahaan pengelola kawasan industri tersebut hanya dikuasai oleh pemerintah (BUMN), tetapi sekarang perusahaan swasta pun telah banyak diberi izin untuk membuka atau mengelola kawasan industri tersebut.
Adapun tujuan dibentuknya suatu kawasan industri, antara lain sebagai berikut:
a. Mempercepat pertumbuhan industri
b. Memberikan kemudahan bagi kegiatan industri, misalnya lokasi, perizinan, sarana dan prasarana
c. Mendorong kegiatan industri agar terpusat dan berlokasi di kawasan tersebut
d. Menyediakan fasilitas lokasi industri yang berwawasan lingkungan.

E. Analisis Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Information System (GIS) adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi berefrensi geografis, misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database. Para praktisi juga memasukkan orang yang membangun dan mengoperasikannya dan data sebagai bagian dari sistem ini. Untuk menganalisis sebuah ruang atau lokasi dapat menggunakan tiga anaslisis spasial yaitu :
1. Analisis Buffer
Buffer adalah daerah yang dibuat di sekitar objek. Objek tersebut dapat berupa area, garis, ataupun poligon. Contoh aplikasi buffer adalah penentuan daerah jalur hijau di sepanjang jalan, pembuatan batas-batas sempatan sungai, danau, dll., penentuan daerah rawan bencana gunung berapi yang sedang meletus, dan sebagainya (Eko Budiyanto). Buffering menunjukkan lokasi disekitar sebuah fitur. Hasil analisis buffer ini adalah bentukan poligon di sekitar obyek (Wiwin Winaldi, 2005).

2. Analisis Overlay
Menurut Eddy Prahasta (2001:74) menyatakan bahwa overlay merupakan salah satu fungsi analisis spasial yang menghasilkan data spasial baru dari minimal dua data spasial yang menjadi masukkannya. Misalnya untuk menghasilkan wilayah-wilayah yang sesuai untuk budidaya tanaman padi diperlukan data ketinggian permukaan bumi, kadar air tanah, dan jenis tanah, maka fungsi analisis spasial overlay akan dikenakan terhadap ketiga data spasial (dan atribut) tersebut. Overlay (tumpang susun) peta merupakan teknik analisis spasial yang telah lazim digunakan sebelum dikembangkan aplikasi komputer untuk pemetaan (Aronoff, 1989; Peuquet dan Marbele, 1990 dalam Nugraha, 2007: 40).

3. Nier Negbour Analisis (Analisis Tetangga Terdekat)
Analisis ini digunakan untuk melihat suatu pola persebaran objek. Analisis ini digunakan untuk menentukan pola sebaran suatu fenomena, apakah mengikuti pola random, mengelompok atau seragam, yang ditunjukkan dari besarnya nilai T. Dalam melakukan analisis tetangga terdekat, perlu diperhatikan beberapa tahapan penting sebagai berikut :
a. Menentukan batas wilayah yang akan diteliti ;
b. Mengubah pola sebaran unit amatan dalam peta topografi menjadi pola sebaran titik ;
c. Memberi nomor urut untuk tiap titik, untuk mempermudah analisis ;
d. Mengukur jarak terdekat pada garis lurus antara satu titik dengan titik yang lain yang merupakan tetangga terdekatnya;
e. Menghitung besar parameter tetangga terdekat

Dari nilai T, selanjutnya dinterpretasikan dengan Continum Nearest Neighbour Analysis, sebagai berikut :






BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian Deskriptif kualitatif.

B. Variabel Penelitian dan definisi Operasional
- Pola pesebaran penyakit pneumonia balita
Pola persebaran penyakit pneumonia disini adalah pola persebaran penderita penyakit pneumonia pada balita di daerah kawasan industri dan bukan kawasan industri. Pola dapat berupa menggerombol, linier dan acak.
- Titik pusat persebaran
Titik dimana penyakit pneumonia terpusat pada daerah kawasan industri dan bukan kawasan industri.
C. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah penderita penyakit pneumonia pada balita di kawasan industri dan bukan kawasan industri
b. Sampel
Sampel yang digunakan disini adalah sampel area yang ditentukan secara purposive sampling. Yaitu daerah berada di kawasan industri yang diwakili oleh desa Tlogopojok dan bukan termasuk industri yaitu desa Pekauman.

D. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di desa Tlogo pojok dan Desa Pekauman kecamatan gresik kabupaten gresik.



E. Teknik pengumpulan data dan Instrument Penelitian
a. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ada dua macam yaitu:
1. Teknik Dokumentasi.
Yaitu data yang diperoleh dari instansi dan lembaga yang terkait, seperti BPS, yang meliputi: jumlah penduduk, kepadatan penduduk. Kemudian dari Dinas kesehatan dan Puskesmas terkait yang meliputi data jumlah balita di kabupaten Gresik, dan penderita Pneumonia.
2. Observasi
Yaitu data yang diperoleh dari hasil pengamatan lapangan yang berupa titik-titik lokasi ditemukan penyakit pneumonia balita di daerah dekat industri dan daerah bukan kawansan industri kecamtan gresik kabupaten Gresik. Data dikumpulkan dari ploting lapangan menggunakan alat GPS (Global Position System).
3. Instrumen penelitian
No Penderita Desa Tlogo Pojok Desa Pekauman
Koordinat x Koordinat y Koordinat x Koordinat y
1
2
3
4
5






F. Teknik Analisis Data
a. Nearest Neighbour Analysis (NNA)
Dalam analisis pola sebaran penyakit pneumonia balita di kawasan industri dan bukan kawasan industri digunakan analisis tetangga terdekat (nearest neighbour analysis) dengan menghitung Nilai T (indeks penyebaran tetangga terdekat) melalui formula sebagai berikut:
Dimana :
1. T : indeks penyebaran tetangga terdekat .

2. Ju : jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang terdekat .Nilai u j diperoleh melalui penjumlahan jarak satu titik dengan titik tetangga terdekat

3. Jh : jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola random
=
4. P : kepadatan titik dalam tiap km2 yaitu jumlah titik (N) dibagi dengan luas wilayah dalam km2


Dalam menggunakan analisis tetangga terdekat dilakukan beberapa langkah sebagai berikut :
1. Menentukan batas wilayah yang akan diselidiki
2. Mengubah pola persebaran obyek menjadi pola persebaran titik
3. Memberikan nomor urut bagi tiap titik untuk mempermudah analisis
4. Mengukur jarak terdekat yaitu jarak pada garis lurus antara satu titik dengan titik lain yang merupakan tetangga terdekatnya dan catat ukuran jarak ini

b. Centrografis Statistic
Untuk mendapatkan titik pusat persebaran penyakit pneumonia di kawasan industri dan kawasan bukan industri di kecamatan gresik analisis Centrografis Statistic menggunakan persamaan berikut.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
1. Pola Persebaran Penyakit pneumonia di kelurahan Tlogopojok.
Kelurahan Tlogopojok merupakan kelurahan yang wilayahnya berupa dataran rendah pantai dengan ketinggian ± 2,5 m di atas permukaan air laut. Memiliki suhu rata-rata 360C. Kelurahan Tlogopojok memiliki luas sebesar 0.78 Km2. Dengan batas wilayah kelurahan ini adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik
Sebelah Timur : Kelurahan Lumpur dan Karangpoh
Sebelah Selatan : Kelurahan Karang Turi
Sebelah Barat : Kelurahan Ngipik.
Jumlah penduduk di Kelurahan Tlogopojok sebesar 6.558 jiwa dengan penduduk laki-laki sebesar 3.506 jiwa dan penduduk perempuan sebesar 3.352 jiwa. Kepadatan penduduk di kelurahan ini adalah sebesar 8.792 jiwa/Km2.
Berdasarkan perhitungan jarak tetangga terdekat persebaran penyakit pneumonia pada balita di Kelurahan Tlogopojok dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 4. Jarak tetangga penyakit pneumonia pada balita
di kelurahan Tlogopojok
No Titik Titik Tetangga Terdekat Jarak (meter) Jarak (Km)
1. 1 2 50 0,05
2. 2 3 30 0,03
3. 3 4 24 0,024
4. 4 3 24 0,024
5. 5 4 48 0,048
6. 6 4 40 0,04
7. 7 9 20 0,02
8. 8 9 20 0,02
9. 9 8 20 0,02
10. 10 5 60 0,06
11. 11 12 42 0,042
12. 12 11 42 0,042
13 13 14 44 0,044
14 14 13 44 0,044
15 15 16 28 0,028
16 16 15 28 0,028
17 17 16 38 0,038
18 18 19 36 0,036
19 19 20 18 0,018
20 20 19 18 0,018
21 21 36 30 0,03
22 22 23 10 0,01
23 23 22 10 0,01
24 24 25 8 0,008
25 25 26 6 0,006
26 26 25 6 0,006
27 27 25 8 0,008
28 28 27 32 0,032
29 29 30 18 0,018
30 30 31 2 0,002
31 31 30 2 0,002
32 32 33 22 0,022
33 33 32 22 0,022
34 34 35 10 0,01
35 35 36 8 0,008
36 36 35 8 0,008
37 37 35 28 0,028
38 38 39 4 0,004
39 39 38 4 0,004
40 40 39 24 0,024
41 41 42 16 0,016
42 42 41 16 0,016
43 43 44 14 0,014
44 44 43 14 0,014
45 45 42 20 0,02
46 46 45 20 0,02
1,036

1. = = 0,022522

2. = = 11,70186
3. = = 1,710399
4. = = 0,013168

Berdasarkan perhitungan diatas menunjukkan bahwa nilai T di kelurahan Tlogopojok adalah 0.013168. Hal ini menandakan bahwa pola persebaran penyakit pneumonia di Kelurahan Tlogopojok adalah mengelompok. Seperti yang dapat dilihat pada peta persebaran penyakit pneumonia di kelurahan Tlogopojok dibawah ini:












Gambar 1 Peta Persebaran Pnemonia Kelurahan Tlogopojok

2. Pola Persebaran Penyakit Pneumonia di kelurahan Pekauman
Kelurahan Pekauman memiliki wilayahnya berupa dataran rendah dengan ketinggian 3 m diatas permukaan laut. Status pemerintahannya berbentuk yang dipimpin Lurah. Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan adalah 1 km dan jarak dari pusat pemerintahan kabupaten adalah 5 Km. Suhu rata-rata berkisar antara 25-360C.
Kelurahan Pekauman memiliki luas sebesar 0.04 Km2. Dengan batas wilayah kelurahan ini adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kelurahan Bedilan
Sebelah Timur : Desa Gapuro Sukolilo
Sebelah Selatan : Kelurahan Tlogobendung
Sebelah Barat : Kelurahan Trate
Jumlah penduduk di Kelurahan Pekauman pada tahun 2008 sebesar 1,994 jiwa dengan penduduk laki-laki sebesar 1,000 jiwa dan penduduk perempuan sebesar 994 jiwa. Kepadatan penduduk di kelurahan ini adalah sebesar 48,600 jiwa/Km2.
Berdasarkan perhitungan jarak tetangga terdekat persebaran penyakit pneumonia pada balita di Kelurahan Pekauman dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 5. Jarak tetangga penyakit pneumonia pada balita
di kelurahan Pekauman
No. Titik Titik Tetangga Terdekat Jarak (meter) Jarak (Km)
1. 1 2 20,25 0,02025
2. 2 3 19,5 0,0195
3. 3 4 18 0,018
4. 4 5 13,5 0,0135
5. 5 6 9 0,009
6. 6 5 9 0,009
7. 7 8 25,5 0,0255
8. 8 7 25,5 0,0255
9. 9 10 16,5 0,0165
10. 10 9 16,5 0,0165
11. 11 12 15 0,015
12. 12 11 15 0,015
13 13 9 23,25 0,02325
14 14 15 9 0,009
15 15 14 9 0,009
16 16 17 11,25 0,01125
17 17 18 7,5 0,0075
18 18 19 7,5 0,0075
19 19 18 7,5 0,0075
20 20 4 59,25 0,05925
0,3375

1. = = 0,016875
2. = = 36,07504
3. = = 0,083247
4. = = 0,202711

Berdasarkan perhitungan diatas menunjukkan bahwa nilai T di kelurahan Pekauman adalah 0.202711. Hal ini menandakan bahwa pola persebaran penyakit pneumonia di Kelurahan Pekauman adalah mengelompok. Seperti yang dapat dilihat pada peta persebaran penyakit pneumonia di kelurahan Pekauman dibawah ini:




Gambar 2 Peta Persebaran Pnemonia Kelurahan Pekauman

B. Pembahasan
1. Pola Persebaran Penyakit Pneummonia Pada Balita di Kawasan Industri dan Bukan Kawasan Industri
Menurut Misnadiaryl, 2008 : 11, Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-kantung kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Karena inilah, selain penyebaran infeksi keseluruh tubuh, penderita juga bias meninggal. Sedangkan Menurut Behraman (1996:883) Pneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan kebanyakan kasus disebabkan oleh mikro tetapi ada sejumlah penyebab non infeksi yang kadang-kadang perlu dipertimbangkan. Penyebab non infeksi ini meliputi, tetapi tidak terbatas pada aspirasi makana dan asam lambung, benda asing, hidrokarbon, dan bahan lipoid; reaksi hipersensitivitas dan pneumonitis akibat obat atau radiasi.
Berdasarkan analisis terhadap pola persebaran penyakit yang telah dilakukan di kelurahan tlogopojok dan Kelurahan Pekauman, diketahui bahwa pada kedua daerah tersebut memiliki pola persebaran mengelompok. Di Kelurahan Pekauman memiliki nilai T sebesar 0,202711 sedangkan di kelurahan Tlogopojok memiliki nilai 0,013168. Hal ini menunjukkan bahwa pada kedua lokasi sampel tidak menunjukkan adanya perbedaan pola persebaran. Persebaran pneumonia pada balita tersebar di daerah kawasan pemukiman.
Alsegaff, dkk (1995:122) menggolongkan penyebab Pneumonia menjadi dua yaitu Pneumonia yang disebabkan karena infeksi dan Pneumonia yang dsebabkan karena bahan-bahan lain seperti debu dan polusi udara. Di Negara berkembang, Pneumonia lebih sering disebabkan oleh bakteri Streptococcus Pneumonia dan Hemophylus influenza. Sedangkan di Negara maju, pnemunia pada anak sering disebabkan oleh virus bahan kimia seperti asoirasi bahan makanan atau susu dan keracunan hidrokarbon.
Streptococcus pneunomiae merupakan jenis bakteri tumbuh pada pH normal, yaitu 7,6-7,8, dan jarang terlihat tumbuh pada suhu di bawah 25C dan di atas 41C, melainkan tumbuh dengan suhu optimum 37,5C. Sedangkan Hemophylus influenza, tumbuh optimum pada suhu 37C dan pH 7,4-7,8 dalam suasana CO2 10%. Kedua bakteri ini berkembang dalam tubuh manusia terutama di kerongkongan. Penularan bakteri ini dapat terjadi dengan kontak langsung melalui batuk atau bersin. Sehingga kepadatan penduduk baik didalam dan diluar rumah dapat meningkatkan resiko penularan penyakit Pneumonia ini. Seperti yang dikemukaakn David Morley dalam Muktar (1992:48) yang mengatakan bahwa kepadatan penduduk di dalam maupun diluar rumah dapat meningkatkan kejadian ISPA (Pneumonia). Disamping itu Pneumonia juga dapat terjadi karena infeksi yang disebabkan bahan lain seperti polusi udara, asap, dan debu.
Kelurahan pekauman merupakan kelurahan dengan luas sebesar 0.04 Km2. Sebagian besar wilayahnya adalah pemukiman. Dengan kepadatan penduduk sebesar 48,600. Kelurahan pekauman bukan merupakan kawasan industri dan jaraknya relative jauh dengan industri dibandingkan dengan keluarahan Tlogopojok. Pola persebaran pneumonia di kelurahan Pekauman cenderung mengelompok. Hal ini karena kepadatan penduduk di kelurahan pekauman dapat dikatakan cukup padat. Kepadatan penduduk yang padat akan memicu terjadinya interaksi yang lebih intensif dibandingkan dengan penduduk yang jarang. Ini bisa terlihat dari rata-rata tetangga terdekat yang menderita penyakit pneumonia sekitar 16,87 meter. Sedangkan untuk pola persebaran penyakit pneumonia di daerah kawasan industri dalam hal ini adalah kelurahan Tlogopojok, menunjukkan pola yang mengelompok. Hal ini disebabkan karena wilayah Tlogopojok yang memiliki wilayah luas dan persebaran hanya terbatas pada daerah pemukiman saja yang luasnya hanya 48,96%. Apabila satuan analisis yang digunakan adalah pemukiman, maka pola persebaran yang terjadi adalah mengelompok dan cenderung menyebar dengan nilai t = 0,70 yang mendekati satu.
2. Titik Pusat Persebaran Penyakit Pneummonia Pada Balita di Kawasan Industri dan Bukan Kawasan Industri
Titik pusat persebaran penyakit pneumonia dalam hal ini adalah pusat dari titik persebaran penyakit pneumonia pada masing-masing wilayah studi. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan analisis centrografis Statistik diketahui bahwa di titik pusat penderita penemonia di kelurahan Pekauman adalah WX= 7,79 dan WY= 4,25 dengan koordinat 682594 dan 9208585 terletak di KH. Wahid Hasim Gang III A, sedangkan titik pusat penderita penemonia di kelurahan Telogopojok adalah WX= 11,91 dan WY= 10,65 dengan koordinat 681779 dan 9209107 terletak di Gubenur Suryo Gang VI Kecamatan Gresik.

A. Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan di kelurahan Tlogopojok menunjukkan bahwa nilai T di kelurahan Pekauman adalah 0.202711. Hal ini menandakan bahwa pola persebaran penyakit pneumonia di Kelurahan Pekauman adalah mengelompok. Sedangkan di kelurahan tlogopojok adalah 0.013168. Hal ini menandakan bahwa pola persebaran penyakit pneumonia di Kelurahan Tlogopojok adalah mengelompok. Maka dapat disimpulkan bahwa pola persebaran penyakit pneumonia di daerah industri dan bukan daerah industri tidak ada perbedaan yaitu mengelompok.

B. Daftar Pustaka
Alsagaff, Hood dan mukty Abdul. 1997. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya. Airlangga University Press.
Behraman 1996. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. Penerbit buku kedokteran
Chandra, Budiman. 1996.Ilmu kedokteran pencegah dan komunitas. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC
Dinkes Kab Gresik. 2010. Data jumlah 10 penyakit terbesar di kabupaten gresik. Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik
Kapanlagicom. 2008. Pneumonia, Penyebab Kematian Balita Nomor Satu.Online. diakses tanggal 20 Januari 2011. http://www.kapanlagi.com/a/ old/pneumonia-penyebab-kematian-balita-nomor-satu.html
Misnadiarly, 2008. Penyakit infeksi saluran nafas Pneumonia pada anak balita, orang Dewasa, usia lanjut. Jakarta. Pustaka Obor Populer.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Oswari, 1995. Penyakit dan penanggulangannya. Jakarta PT. Gramedia Pustaka.
Tempo Interaktif. 2009. Ada Pneumonia Di Dadaku. Online. Diakses tanggal 20 Januari 2011. http://www.tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2009/11/04/ brk,20091104-206227,id.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar